• header

Selamat Datang di Website SMP NEGERI 4 BANJAR. Terima Kasih Kunjungannya

Kontak Kami


SMP NEGERI 4 BANJAR

NPSN : 50100306

Jl.Insakan - Pedawa Kec.Banjar Kab.Buleleng


[email protected]

TLP : 087701960401


          

Prestasi Siswa

Banner

Bes Practice




Best Practice

Menumbuh Kembangkan Sikap Percaya Diri Peserta Didik Melalui Kegiatan Berbagi Sebelum Belajar

Ni Ketut Restini

  

Pernahkah bapak/ ibu memperhatikan saat bapak ibu berusaha untuk meminta seorang untuk maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan yang bapak/ ibu lontarkan? Apakah semua anak mau dan dengan penuh percaya diri menjawab? Atau adakah anak yang justru malah menyembunyikan dirinya dari pandangan bapak/Ibu? Diantara banyaknya murid inilah yang saya alami, banyak dari anak didik saya yang menolak untuk menyampaikan suatu gagasan ketika ada kesempatan, bahkan ada yang menyembunyikan dirinya dari pandangan mata ini. Bukan karena mereka tidak punya kemampuan untuk menjawab apa yang saya tanyakan, tidak karena mereka tidak tahu konten pembelajaran, bukan juga karena takut dimakan oleh gurunya kalau menjawab salah (saya bukan kanibal ya), melainkan karena kurangnya rasa pecaya diri mereka. Saya bisa menyimpulkan seperti ini karena sesungguhnya ketika saya amati anak dalam menyelesaikan permasalahn yang ada mereka punya power untuk menyelesaikannya. Lalu bagaimana kita sebagai guru bisa menumbuh kembangkan rasa percaya diri anak?

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, Bapak/Ibu saya kini menyadari bahwa menjadi guru dalam menghadapi tantangan saat ini (tantangan abad ke 21) bukanlah hal yang mudah, kini kita harus merubah paradigma yang tidak hanya berfokus kepada konten namun berfokus pula pada pengembangan kreatifitas dan keterampilan belajar mandiri.  Guru perlu kreatif dan inovatif di dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya bahkan dituntut mampu memprediksi perkembangan tugas pokok dan fungsinya. Tugas guru berdasarkan pada pandangan KHD adalah untuk menuntun tumbuh kembangnya anak berdasarkan pada kodratnya. Salah satu tuntutan yang bisa diberikan adalah untuk menumbuh kembangkan rasa percaya diri yang ada pada diri seorang anak. Percaya diri di sini tentunya bukan yang berlebihan, namun anak menjadi dirinya sendiri, berani mengungkapkan pendapat dan teguh pada pendiriannya, serta tidak merasa minder atas dirinya.

Percaya diri adalah salah satu faktor penting dalam hidup anak. Tidak hanya berpengaruh pada pencapaian prestasi, sikap percaya diri juga berperan besar terhadap kemampuan anak melihat dirinya sendiri. Percaya diri adalah yakin bahwa dirinya dapat atau mampu melakukan sesuatu. Kalau kita hubungkan sikap percaya diri in dengan terwujudnya profile pelajar pancasila bahwasannya sikap percaya diri ini merupakan jaminan anak untuk dapat bersosialisasi atau menjalin pertemanan, dapat melihat diri secara positif dan tentunya memaksimalkan kemampuan dirinya untuk menghadapi tantangan dengan kata lain, percaya diri ini merupakan salah satu pondasi dari terwujudnya Profile Peljar Pacasila. 

Kembali kepermasalahan awal, bagaimana kita sebagai guru bisa menumbuh kembangkan rasa percaya diri anak? Untuk menjawab pertanyaan ini sesungguhnya saya memerlukan waktu yang cukup lama dalam pertapaan dan keheningan di perpustakaan dunia maya, hingga akhirnya sebuah ilham muncul dari seorang rekan disekolah saya yang notabena dia juga adalah seorang guru penggerak. Dia menceriatakn Panjang lebar terkait dengan salah satu kegiatan yang pernah ia lakukan di kelas 9 kelas yang dia ajar yaitu kegiatan afirmasi di awal pembelajaran dimana dalam kegiatan ini murid diajak untuk menceritakan perasan positif yang mereka alami dan mengungkapkannya dengan kalimat yang dikumandangkan di kelas dan diakhir diberikan diberikan sebuah umpan balik. Ide ini sangat luar bisa menurut saya, dan saya adopsi dengan melakukan beberapa perubahan. Perubahan itu pada konteks apa yang akan mereka ceritakan. Mereka tidak menceritakan perasaan mereka melainkan menceritakan pengalam yang mereka alami. Setelah mereka bercerita, mereka bisa meminta teman mereka untuk menanggapi.

Mengawali program ini memang sulit, anak -anak terkadang enggan atau tidak mau ketika mendorong anak untuk maju kedepan menceritakan tentang pengalamannya apalagi kelas yang saya ajarkan adalah kelas VII yang notabena mereka berada pada zona transisi dadi SD ke SMP. Berbagai bujuk rayu saya coba berikan kepada anak anak agar mau maju bercerita tentang pengalaman mereka atau hal lain sesuai keinginan anak. Kalimat “Bu saya malu, Gak mau bu, takut bu” sangat sering terdengar mengawali berjalannya program ini. Namun dengan adanya pionir-pionir yang menjadi contoh di awal serta dorongan dorongan yang diberikan kalimat seperti ini sudah jarang terdengar lagi. Kini kalimat yang mengatakan “saya bu” menjadi lebih dominan dalam pembelajaran. 

Tantangan lain yang muncul adalah mendorong anak untuk memberikan tanggapan yang baik kepada pencerita agar mental anak dan rasa percaya diri anak yang berada di depan kelas tidak malah jadi runtuh. Agar anak bisa menyusun kalimat yang membangun rasa percaya diri kawan mereka. Bukan sebuah hal yang mudah melakukan ini, harus ada tuntunan yang diberikan dan penekanan maksud dari apa yang disampaikan agar tidak salah tangkap dan bisa diterima dengan baik.

Tantangan terberat adalah bagaimana mengelola waktu didalam kelas agar kegiatan ini tidak terlalu banyak menyita waktu tanpa harus memotong pembicaan anak di pertengahan karena ini bisa menjatuhkan mental anak. Memang mengawali program ini saya harus mengorbankan sedikit waktu mengajar, namun ketika ini sudah menjadi pembiasaan program ini tidak lagi menyita waktu dan ini menjadi bagian dari kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran.

Tak lupa setiap akhir bulan saya meminta umpan balik tentang efektivitas program ini dan perubahan yang mereka rasakan setelah mengikuti program ini. Hasilnya ternyata anak merasa antusias, dan merasa ada perubahan pada dirinya, mereka menjadi lebih berani.

Saya lebih berani berpendapat utamanya pada pembelajaran ibu

Itu adalah kalimat dari seorang anak yang sampai saat ini masih tertanam dibenak ini. Saya merasa sedikit terheran, bagaimana sebuah perubahan yang kecil bisa memberikan dampak yang luar biasa pada seorang anak. Bukan hanya bisa meningkatkan rasa percaya diri dari seorang anak, tetapi anak juga bisa belajar untuk berbicara di depan teman mereka, bisa belajar untuk menyampaikan sesuatu secara runut.

Dari program ini  saya juga belajar, bahwa guru harus mampu menyentuh ke dalam diri anak untuk bisa mendorong anak melakukan perubahan, guru tidak bisa memaksakan kehendak kepada anak untuk bercerita. Guru harus menjadi partner bagi anak untuk belajar. Saya juga belajar bahwa bengan memberikan kesempatan anak untuk bercerta atau menanggapi atau melakukan hal positif lainnya bisa mambantu anak untuk menumbuh kembangkan rasa percaya diri mereka.

 

Sekian dan terima kasih

 




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas